Apakah kita mampu
memaafkan atau saling memaafkan dalam penderitaan, dalam luka batin, dalam
kesusahan, dalam kesesakan hidup?
Sesuatu yang
sulit, tetapi jika kita hendak mengikuti logika Injil, logika Yesus, maka
saling memaafkan adalah sesuatu yang mendesak di dunia sekarang ini yang balas
dendam, yang mencari keadilan, yang mencari ganti rugi.
Logika Injil itu
ada dalam perkataan Yesus ketika Dia disalibkan:
"Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Kita saling
memaafkan, saling mengampuni karena Allah Bapa kita lebih dahulu mengampuni
kita. Mengampuni orang lain adalah konsekuensi/akibat dan sekaligus syarat dari
pengampunan dari Bapa.
Jangan kita
menyia-nyiakan apa yang Tuhan kita Yesus Kristus sudah lakukan demi pengampunan
dosa-dosa kita. Jangan kita sibuk dengan dosa dan kesalahan orang lain yang
mereka lakukan terhadap kita.
Jangan kita
membebani diri kita dengan dosa-dosa kita apalagi dengan dosa-dosa orang lain.
Tuhan Yesus sudah memikulnya dan menghancurkannya dengan memberikan diriNya
sebagai korban pemulih.
Mungkin kita
katakan: tapi saya masih sakit hati, masih marah, masih bingung dengan
perlakuan mereka terhadap saya. Ingatlah apa yang terjadi pada Yesus, Ia
mengampuni manusia, ketika Ia masih menderita, masih kesakitan.
Inilah berita
suka cita yang hendak kita wartakan kepada dunia, kepada masyarakat kita,
kepada orang-orang di sekitar kita, kepada keluarga kita. Tuhan sudah
mengampuni kita, maka dari itu mari kita mengampuni satu sama lain juga.
Amin. Semoga.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.