MALAM PASKAH (2)

(Bagian ini adalah homili saya, sesudah Injil. Namun tetap ada kaitannya dengan bacaan-bacaan sebelumnya. Silahkan ke Malam Paskah (1) jika belum membacanya sebelumnya.)


Di awal tadi saya mengusulkan "air" sebagai benang merah dari bacaan-bacaan kita pada malam ini. Dalam bacaan Injil yang baru saja kita dengarkan tidak ada kata "air" sama sekali. Kata "air" menghilang, seperti tubuh Yesus yang menghilang dari kuburan. Mari kita merenungkan lebih jauh kaitan antara air dan Yesus.

Kita tentunya telah berkali-kali mendengar tentang Yesus yang bercakap-cakap dengan wanita Samaria di dekat sumur tentang air lebih tepatnya air hidup. Salah satu hal yang dikatakan oleh Yesus adalah ini:
Barangsiapa minum air ini [air dari sumur maksudnya], ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal (Yoh 4:14).
Di awal kita mendengar air yang sudah ada di awal penciptaan. Siapakah sebenarnya yang bersama dengan Allah di awal penciptaan? Siapakah yang sering dihubungkan dengan Roh Allah atau Roh Kudus? Kemudian Firman Allah diandaikan seperti air. Siapakah yang sering disebut Firman Allah itu? Lantas air itu menghancurkan dan menghidupkan. Siapakah yang bisa menghancurkan dosa dan menghidupkan dari kematian akibat dosa? Kemudian lebih jelas lagi dikatakan bahwa dibaptis dengan air berarti dibaptis dalam Kristus. Akhirnya kita bisa simpulkan bahwa kita diharapkan mengarahkan diri dan hidup kita kepada air kehidupan yang sesungguhnya yaitu Yesus Kristus.

Ketika kita dibaptis, sudah ada jaminan bahwa kita mati bersama Kristus dan bangkit bersama Kristus. Meskipun demikian, karena kita masih bersiarah dalam dunia ini dan kita adalah ibarat bejana tanah liat yang rapuh, kita bisa melepas jaminan itu. Bagaimana supaya jaminan itu abadi sifatnya bagi kita? Tuhan sudah memberikan dua sakramen lain yang bisa membantu kita yaitu Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengakuan Dosa. Menerima kedua sakramen ini secara teratur akan mengabadikan jaminan yang kita terima dalam pembaptisan kita.
 
Ibarat satu keahlian, semakin kita melakukannya secara teratur, menerima pengampunan dan Komuni Kudus, kita akan semakin peka, semakin jelas, semakin sensitif, semakin merasakan tentang apa yang menunggu kita yaitu keselamatan, hidup kekal, bangkit bersama Kristus, atau masuk ke dalam surga.

Bapak ibu, saudara saudari yang dikasihi Tuhan, apakah yang bisa kita ingat dari malam paskah tahun 2016 ini? Kata "air". Kemudian kaitkan kata "air" dengan pembaptisan, yang artinya mati dan bangkit bersama Kristus, lantas dua sakramen lainnya yaitu Pengakuan Dosa dan Ekaristi. Amin.

MALAM PASKAH 2016 (1)



(Di awal setiap bacaan, saya memberikan sebuah pengantar kecil yang membantu kita untuk merenungkan dan menghubungkan bacaan-bacaan tersebut.)
Pengantar Bacaan-bacaan
Pada malam ini kita akan mendengarkan beberapa bacaan yang mana kita dapat menarik satu benang merah yang mengaitkan bacaan-bacaan tersebut. Saya mengusulkan kata "air" sebagai benang merah dari bacaan-bacaan yang akan kita dengarkan.
Bacaan pertama yang diambil dari kitab Kejadian yang menceritakan bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta. Kita akan mendengarkan "air" yang sudah ada di awal penciptaan bahkan dikatakan "Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air". Dengan demikian kita boleh mengatakan bahwa Allah telah menguduskan air sejak awal mula sebagai bagian dari tanda dan sarana dalam karya keselamatan. Mari kita mendengarkan Sabda Tuhan.
(Kemudian Bacaan dari Kejadian 1:1-2:2)
Bacaan yang akan kita dengarkan berikutnya adalah dari kitab Keluaran yang menceritakan bangsa Israel yang menyeberangi laut. Kita akan mendengar kata "air" beberapa kali disebutkan. Air yang kita dengarkan di sini mempunyai kekuatan menghancurkan. Peristiwa itu mengingatkan kita akan pembaptisan di mana air digunakan. Dalam pembaptisan atau dalam karya penyelamatan, ada hal yang perlu dihancurkan yaitu dosa. Mari kita mendengarkan Sabda Tuhan.
(Kemudian Bacaan dari Keluaran 14:15-15:1)
Tadi kita melihat air itu menghancurkan. Dalam bacaan berikutnya kita akan mendengarkan air sebagai sesuatu yang menghidupkan. Bahkan Firman Tuhan diibaratkan seperti air lebih tepatnya air hujan. Lewat nabi Yesaya, Tuhan mengajak kita untuk datang kepada-Nya menimba air, air kehidupan. Mari kita mendengarkan Sabda Tuhan.
(Kemudian Bacaan dari Yesaya 55:1-11)
Meskipun kita tidak akan mendengarkan kata "air" secara eksplisit, tetapi Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma merangkum dua kekuatan air yang menghancurkan dan menghidupkan ketika dia berbicara tentang dibaptis dalam Kristus. Ketika kita dibaptis tentunya harus ada air. Kita dibaptis berarti kita mati bersama Kristus dan bangkit bersama Kristus. Mari kita mendengarkan Sabda Tuhan untuk mengerti lebih jelas apa artinya: ketika kita dibaptis, kita mati bersama Kristus dan bangkit bersama Kristus.
(Kemudian Bacaan dari Roma 6:3-11)

Lanjut ke Malam Paskah 2016 (2)

Yang Tersalib untuk Dunia



Kepada saudara-saudariku pengikut Yesus Kristus, apakah kita berani menawarkan Yang Tersalib kepada dunia yang penuh kekerasan, diskriminasi, balas dendam, premanisme, terorisme, pembunuhan massal, dan perang?
Kepada saudara-saudariku yang tidak percaya pada Yesus Kristus, apakah kita berani memberikan kesempatan kepada Yang Tersalib menyentuh dunia kita yang penuh kekerasan, diskriminasi, balas dendam, premanisme, terorisme, pembunuhan massal, dan perang?

Kamis Putih 2016 (2)


Kadang kala kita sakit hati, kecewa bahkan marah ketika orang lain tidak menghargai apa yang kita lakukan, bahkan membalas pelayanan kita dengan kejahatan. Mungkin bapak-ibu, saudara-saudari bergulat seperti saya, kadang bertanya kepada Tuhan seperti saya: mengapa Tuhan orang membalas perbuatan baik saya dengan hal-hal yang buruk? Saya sudah berkorban, tetapi mereka membuat saya sakit hati, kecewa. Atau mungkin kita berkata: saya sudah banyak berdoa, tetapi mengapa saya masih gagal dalam hal ini dan itu, tetapi tidak ada kesembuhan, tidak ada solusi terhadap persoalan hidup saya.
Injil dan peristiwa malam ini menawarkan sesuatu yang patut kita renungkan bersama untuk mengoreksi cara berpikir dan sikap kita.
Kita sakit hati atau kecewa bahkan marah karena kita mengedepankan diri kita, mengutamakan apa yang kita lakukan baik itu terhadap Tuhan maupun terhadap sesama. Mengedepankan Tuhan di sini bukan apa yang kita lakukan buat Tuhan tetapi menerima tawaran Tuhan, menerima apa yang Tuhan berikan.
Kita sakit hati, kecewa, dan marah karena kita melihat perbuatan kita dan sesama itu lebih besar dari pada apa yang Tuhan telah lakukan bagi kita. Mengapa kita membiarkan kegembiraan dan syukur kita dipadamkan oleh sakit hati, kekecewaan dan kemarahan? Mari kita memikirkan secara serius bahwa apa yang Tuhan telah lakukan kepada kita tidak sebanding dengan apa yang kita lakukan. Jangan sampai sukacita kita atas pembasuhan, penyucian, hidup baru yang diberikan oleh Tuhan redup bahkan padam karena perbuatan sesama yang kurang ajar, kelalaian sesama.
Kita ini adalah orang yang beruntung. Tuhan masih mau memberi kita kesempatan, Tuhan masih mau membersihkan, mengampuni kita, Tuhan masih mau memberikan diriNya untuk kita sambut. Rasa syukur dan sukacita inilah seharusnya melebihi sakit hati dan kekecewaan kita.
Kita melayani sesama karena Tuhan lebih dahulu melayani kita. Dan pelayanan Tuhan melampaui apa yang kita lakukan, termasuk perbuatan sesama yang tidak tahu berterima kasih. Amin.

Kamis Putih 2016 (1)


Pada malam ini kembali kita diingatkan akan logika Injil yaitu: Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19). Kalimat ini dibahasakan lain dalam bacaan Injil yang baru kita dengarkan demikian: Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu (Yoh 13:14).
Kita semua yang ada di sini sudah dibasuh, dibersihkan oleh Yesus. Pembasuhan, pembersihan atau dengan kata lain penyucian yang ditawarkan oleh Yesus semata-mata adalah rahmat, hadiah dari Yesus dan sekaligus menjadi model bagi kita. Inilah yang menjadi keunikan umat Kristiani. Agama Kristen itu bukanlah sebuah tipe moralisme atau sebuah sistem etika. Agama Kristen tidak berdasarkan pada apa yang kita lakukan atau pada kemampuan moral kita. Tetapi agama Kristen itu pertama-tama adalah anuhgerah atau hadiah: Allah memberikan diriNya sendiri kepada kita, Ia tidak memberikan sesuatu, tetapi diriNya sendiri.
Dan inilah yang terjadi pada malam ini. Yesus memberikan diriNya sendiri untuk membersihkan kita, untuk menyucikan kita. Ia tidak hanya membersihkan atau menyucikan kita di awal pertobatan kita, tetapi Ia melakukannya terus menerus. Ia terus menerus menawarkan diriNya kepada kita. Itulah sebabnya Ekaristi menjadi pusat hidup kita sebagai umat Kristiani. Dalam Ekaristi kita bersyukur karena kita telah dibenarkan, kita bergembira atas hidup baru yang Ia telah berikan kepada kita.
Kita tentunya penuh dengan rasa syukur dan gembira ketika Tuhan sudah membasuh kita, menyucikan kita. Dan lebih dari pada itu, secara natural, kita akan melakukan hal yang sama terhadap orang-orang di sekitar kita terutama kepada mereka yang amat membutuhkan. Jika Tuhan sudah memberikan diriNya kepada kita adalah hal yang wajar jika kita juga memberikan diri kita kepada sesama lewat pelayanan kita.

Saling memaafkan

Apakah kita mampu memaafkan atau saling memaafkan dalam penderitaan, dalam luka batin, dalam kesusahan, dalam kesesakan hidup?
Sesuatu yang sulit, tetapi jika kita hendak mengikuti logika Injil, logika Yesus, maka saling memaafkan adalah sesuatu yang mendesak di dunia sekarang ini yang balas dendam, yang mencari keadilan, yang mencari ganti rugi.
Logika Injil itu ada dalam perkataan Yesus ketika Dia disalibkan:
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Kita saling memaafkan, saling mengampuni karena Allah Bapa kita lebih dahulu mengampuni kita. Mengampuni orang lain adalah konsekuensi/akibat dan sekaligus syarat dari pengampunan dari Bapa.
Jangan kita menyia-nyiakan apa yang Tuhan kita Yesus Kristus sudah lakukan demi pengampunan dosa-dosa kita. Jangan kita sibuk dengan dosa dan kesalahan orang lain yang mereka lakukan terhadap kita.
Jangan kita membebani diri kita dengan dosa-dosa kita apalagi dengan dosa-dosa orang lain. Tuhan Yesus sudah memikulnya dan menghancurkannya dengan memberikan diriNya sebagai korban pemulih.
Mungkin kita katakan: tapi saya masih sakit hati, masih marah, masih bingung dengan perlakuan mereka terhadap saya. Ingatlah apa yang terjadi pada Yesus, Ia mengampuni manusia, ketika Ia masih menderita, masih kesakitan.
Inilah berita suka cita yang hendak kita wartakan kepada dunia, kepada masyarakat kita, kepada orang-orang di sekitar kita, kepada keluarga kita. Tuhan sudah mengampuni kita, maka dari itu mari kita mengampuni satu sama lain juga.
Amin. Semoga.

Keadilan dan Kerahiman Bapa


Bapa itu pengampun sekaligus adil.
Kerahiman Bapa tidak bertentangan dengan keadilan-Nya.
Bapa itu adil karena Ia akan mengadili manusia. Ia akan menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Tetapi Bapa itu juga pengampun yang artinya Ia akan membebaskan kita dari hukuman yang selayaknya kita terima. Bagaimana Bapa menunjukkan kerahiman-Nya tanpa membatalkan keadilan-Nya? Ia memberikan Putra-Nya yaitu Yesus Kristus sebagai pemulih atas dosa-dosa kita. Yesuslah -lewat sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya - yang menanggung segala hukuman yang seharusnya kita terima.
Dengan demikian Bapa itu sungguh pengampun dan sungguh adil. Amin.