Kamis Putih 2016 (1)


Pada malam ini kembali kita diingatkan akan logika Injil yaitu: Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19). Kalimat ini dibahasakan lain dalam bacaan Injil yang baru kita dengarkan demikian: Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu (Yoh 13:14).
Kita semua yang ada di sini sudah dibasuh, dibersihkan oleh Yesus. Pembasuhan, pembersihan atau dengan kata lain penyucian yang ditawarkan oleh Yesus semata-mata adalah rahmat, hadiah dari Yesus dan sekaligus menjadi model bagi kita. Inilah yang menjadi keunikan umat Kristiani. Agama Kristen itu bukanlah sebuah tipe moralisme atau sebuah sistem etika. Agama Kristen tidak berdasarkan pada apa yang kita lakukan atau pada kemampuan moral kita. Tetapi agama Kristen itu pertama-tama adalah anuhgerah atau hadiah: Allah memberikan diriNya sendiri kepada kita, Ia tidak memberikan sesuatu, tetapi diriNya sendiri.
Dan inilah yang terjadi pada malam ini. Yesus memberikan diriNya sendiri untuk membersihkan kita, untuk menyucikan kita. Ia tidak hanya membersihkan atau menyucikan kita di awal pertobatan kita, tetapi Ia melakukannya terus menerus. Ia terus menerus menawarkan diriNya kepada kita. Itulah sebabnya Ekaristi menjadi pusat hidup kita sebagai umat Kristiani. Dalam Ekaristi kita bersyukur karena kita telah dibenarkan, kita bergembira atas hidup baru yang Ia telah berikan kepada kita.
Kita tentunya penuh dengan rasa syukur dan gembira ketika Tuhan sudah membasuh kita, menyucikan kita. Dan lebih dari pada itu, secara natural, kita akan melakukan hal yang sama terhadap orang-orang di sekitar kita terutama kepada mereka yang amat membutuhkan. Jika Tuhan sudah memberikan diriNya kepada kita adalah hal yang wajar jika kita juga memberikan diri kita kepada sesama lewat pelayanan kita.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.