Pada malam ini
kembali kita diingatkan akan logika Injil yaitu: Kita mengasihi, karena Allah
lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:19). Kalimat ini dibahasakan lain dalam
bacaan Injil yang baru kita dengarkan demikian: Jikalau Aku membasuh kakimu,
Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu
(Yoh 13:14).
Kita semua yang
ada di sini sudah dibasuh, dibersihkan oleh Yesus. Pembasuhan, pembersihan atau
dengan kata lain penyucian yang ditawarkan oleh Yesus semata-mata adalah
rahmat, hadiah dari Yesus dan sekaligus menjadi model bagi kita. Inilah yang
menjadi keunikan umat Kristiani. Agama Kristen itu bukanlah sebuah tipe
moralisme atau sebuah sistem etika. Agama Kristen tidak berdasarkan pada apa
yang kita lakukan atau pada kemampuan moral kita. Tetapi agama Kristen itu
pertama-tama adalah anuhgerah atau hadiah: Allah memberikan diriNya sendiri
kepada kita, Ia tidak memberikan sesuatu, tetapi diriNya sendiri.
Dan inilah yang
terjadi pada malam ini. Yesus memberikan diriNya sendiri untuk membersihkan
kita, untuk menyucikan kita. Ia tidak hanya membersihkan atau menyucikan kita
di awal pertobatan kita, tetapi Ia melakukannya terus menerus. Ia terus menerus
menawarkan diriNya kepada kita. Itulah sebabnya Ekaristi menjadi pusat hidup
kita sebagai umat Kristiani. Dalam Ekaristi kita bersyukur karena kita telah
dibenarkan, kita bergembira atas hidup baru yang Ia telah berikan kepada kita.
Kita tentunya
penuh dengan rasa syukur dan gembira ketika Tuhan sudah membasuh kita,
menyucikan kita. Dan lebih dari pada itu, secara natural, kita akan melakukan
hal yang sama terhadap orang-orang di sekitar kita terutama kepada mereka yang
amat membutuhkan. Jika Tuhan sudah memberikan diriNya kepada kita adalah hal
yang wajar jika kita juga memberikan diri kita kepada sesama lewat pelayanan
kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.