Menggugat
Extra
Ecclesiam Nulla Salus:
(3) Semua agama mengajarkan kebaikan!
Bagaimana mungkin orang-orang yang di luar Gereja Katolik yang hidupnya baik
bahkan lebih baik dari sebagian besar orang-orang Katolik, tidak selamat hanya
karena mereka bukan Katolik? Pertanyaan ini sering dilontarkan untuk menggugat
ajaran Extra Ecclesiam Nulla Salus
(EENS = di luar Gereja tidak ada keselamatan).
Apakah yang dimaksud
dengan hidup baik? Secara moral? Jika itu diartikan hidup baik secara moral,
pertanyaan berikutnya: moral menurut siapa atau menurut agama apa? Baiklah kita
mengambil pendapat yang menyatakan bahwa semua agama mengajarkan kebaikan.
Contoh konkritnya semua mengajarkan supaya mencintai satu sama lain, menghargai
satu sama lain, membantu satu sama lain, menolong orang miskin dan mereka yang
ada dalam kesusahan dan penderitaan, beramal, tidak membunuh.... tapi tunggu
dulu. Kita berhenti di “tidak membunuh.” Apakah semua agama mengerti hal yang
sama? Mungkin jawaban yang kita bisa dapatkan: jika terjadi teroris, perang,
aborsi, hukuman mati, penindasan, diskriminasi atas nama agama, itu karena
salah tafsir atau salah mengerti apa yang diajarkan oleh agama. Meskipun
demikian, perbedaan pengertian sudah menyatakan bahwa yang namanya hidup baik
tergantung pada ajaran agama masing-masing. Dalam beberapa hal moral yang
diajarkan oleh agama lain bertentangan dengan Gereja Katolik.
Jika kita membandingkan
seorang Katolik yang koruptor dengan seorang pengikut Buddha yang selalu
membayar pajak sesuai dengan aturan dan tepat waktu, mau tidak mau kita akan
berpikir mana mungkin pemeluk Buddha ini tidak bisa selamat hanya karena ia bukan
anggota Gereja Katolik? Beberapa keberatan: 1) apakah pengikut Buddha ini mau
selamat seperti yang Gereja Katolik ajarkan? 2) lepas dari perbedaan pengertian
akan keselamatan atau akhir hidup manusia, apakah kita sudah melihat seluruh
kehidupan dari pengikut Buddha ini sehingga kita menyimpulkan bahwa ia baik? 3)
apakah kita mengenal agama Buddha, sehingga kita tahu bagaimana hidup baik menurut
agama Buddha itu? 4) mengapa kita membandingkan orang Katolik yang koruptor
dengan pengikut Buddha yang tidak koruptor? Cara membandingkan seperti ini
adalah strategi untuk merelativisasi atau menggugat sebuah kebenaran.
Kita tidak bisa menilai
keselamatan seseorang baik yang Katolik, terutama yang beragama lain dari hidup
moralnya karena kita tidak tahu seluruh hidupnya, setiap agama mengajarkan
hidup moral yang berbeda, yang kadangkala bertentangan dengan ajaran moral
Katolik, dan kita tidak bisa tahu kecuali dia sendiri sejauh mana dia
bergantung pada belas kasih Tuhan. Mungkin dia menginginkan akhir hidup yang
berbeda dengan yang ditawarkan oleh Tuhan lewat Gereja-Nya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.