Semua ajaran
agama itu baik?
Hidup dalam masyarakat
majemuk, hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain, kita sering mendengar
pernyataan-pernyataan yang kedengarannya toleran, baik, menghargai, atau
universal, tetapi jika dipikirkan lebih dalam ternyata tidak membawa kita
kepada kebenaran apapun. Salah satu contoh: semua agama mengajarkan kebaikan
atau kasih, penganutnyalah yang menyalahgunakan ajaran agama mereka untuk
kepentingan pribadi atau kelompok.
Kalimat saya ini kurang
lebih merangkum apa yang ditulis di FB:
Pernahkah agama Katolik
mengajarkan umatnya untuk membenci sesama? Jawabannya adalah tidak benar.
Pernahkah agama lain mengajarkan untuk membenci sesama? Jawabannya adalah tidak
pernah. Jadi kalau seseorang membenci karena agamanya, itu bukan karena
agamanya yang mengajarkan untuk membenci. Bukan agamanya yang sesat. Tapi
manusianya yang sesat.
Ada dua hal yang
dibedakan dalam pernyataan di atas: 1) ajaran agama itu baik, dan 2) pemeluk
agama itu jahat karena ia tidak melaksanakan ajaran agamanya.
Keberatan pertama:
Ada apa dibalik
pernyataan “ajaran agama itu baik”? Ajaran agama itu baik karena berasal dari
Tuhan.
Ada agama yang tidak
mempunyai konsep tentang Tuhan, misalnya Buddhism. Ini membuat kita juga
berpikir bahwa ada sistem pemikiran filosofi yang juga mengajarkan tentang
kebaikan tanpa mempersoalkan apakah Tuhan itu ada atau tidak ada. Pernyataan
“semua agama mengajarkan kebaikan” hanya merugikan agama itu sendiri. Apakah
sistem pemikiran filosofi juga akan dimasukkan dalam kategori agama atau agama
tidak lebih dari sistem pemikiran filosofi? Maju kena, mundur kena. Ini salah
satu permasalahan yang dihadapi jika kita menjadikan kebaikan sebagai pusat
dari agama.
Yang mengajarkan
kebaikan itu bukan hanya agama. Yang tidak beragama pun bisa berbuat baik.
Tetapi untuk kita sebagai Katolik intinya bukan di situ, meskipun kita dituntut
juga untuk berbuat baik. (Lihat keberatan ketiga.)
Keberatan kedua:
Jika kita mau menerima
bahwa semua agama mengajarkan kasih atau kebaikan, kesulitan yang akan dihadapi
setiap agama adalah siapakah yang akan mendefinisikan kasih atau kebaikan itu?
Jika kita berikan kepada masing-masing agama untuk mendefinisikannya, tentunya
bukan hanya mendapatkan pendapat yang berbeda tetapi bertolak belakang. Supaya
aman, ada yang jatuh dalam relativisme: baik menurutmu, belum tentu baik
menurutku. Dalam relativisme, jangan kita berharap semua orang benar, karena
kebenaran kita akan dinilai oleh mereka yang menganut sistem pemikiran filosofi
yang namanya relativisme dan indifferentisme.
Sekali lagi tidak ada
gunanya mengatakan bahwa semua agama itu mengajarkan kebaikan.
Keberatan ketiga:
Gereja Katolik
pertama-tama bukan soal ajaran kebaikan atau bagaimana mengasihi satu sama
lain, tetapi pada SESEORANG. Dan
seseorang ini adalah YESUS KRISTUS. Dalam Gereja Katolik kita bertemu dengan
seseorang yang menyelamatkan kita yaitu YESUS KRISTUS. Jika kita akhirnya
mengasihi satu sama lain, itu karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. Bahkan
kita mampu mengasihi mereka yang membenci kita, karena ketika kita masih
berdosa, Tuhan telah mengasihi kita. Kalau hanya sekedar berbuat baik atau
mengasihi, orang yang tidak mengenal Tuhan pun bisa. Tetapi orang yang mengenal
BAPA yang telah dinyatakan oleh PUTRA yang telah melimpahkan kuasa-NYA kepada
GEREJANYA, akan berfokus pada kasih Tuhan. Lebih lanjut lagi, konsekuensi dari
kasih itu adalah pengorbanan, penderitaan. Kita harus berkorban, menderita?
Mungkin, tetapi letak penekanannya kita bukan pada diri kita, tetapi pada
inkarnasi, salib, dan kebangkitan yang intinya: Tuhan ikut merasakan apa yang
manusia rasakan, supaya kita ikut bangkit bersama Dia.
Meskipun singkat dan
kurang memadai, masih perlu pendalaman, apa yang saya uraikan di atas tentang
pemahaman kasih dari sudut pandang iman Katolik, yang saya mau katakan adalah bahwa
iman Katolik itu mengajarkan hal yang berbeda dengan agama-agama lain. Iman
Katolik itu intinya tentang SESEORANG, bukan sesuatu.
Keberatan keempat:
Jika seseorang melakukan
kejahatan dari mana dia dapatkan? Jika dikatakan dari si Setan, ada agama yang
mengajarkan bahwa itu hanyalah ketidaktahuan, belum mengerti (ignorance). Kita
akan kembali ke persoalan apa itu “kejahatan” dan siapa yang akan
mendefinisikannya?
Keberatan kelima:
Apakah ajaran agama sama
sekali lepas dari campur tangan manusia? Pemahaman wahyu dan campur tangan
Tuhan itu dalam Gereja Katolik berbeda dengan agama-agama lainnya.
Kesimpulan: sebagai
orang Katolik, kita tidak hanya mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan
pemeluk agama lain tetapi juga di hadapan mereka yang menganut paham
relativisme, indifferentisme, sekularisme, sinkritisme. Mengatakan bahwa semua
agama mengajarkan kebaikan, mungkin kita bukan Katolik bahkan bukan orang
beragama.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.