Kerahiman Tuhan (2)
Kerahiman Tuhan itu tidak terbatas. Dan untuk menerima kerahimanNya itu, kita tinggal berteriak: “Ya Tuhan, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Tuhan itu sungguh maharahim, tetapi Ia tidak memaksakan belaskasihNya kepada kita. Tuhan menghargai kebebasan manusia. Memang Tuhan mengupayakan segala sesuatunya untuk menyelamatkan kita, tetapi Ia menunggu jawaban kita. Jika Tuhan memaksa seseorang masuk surga, orang tersebut tidak akan bahagia di sana. Surga akan menjadi neraka baginya.
Mari kita merenungkan Injil Lukas bab 15.
Ada dua perumpamaan yang menggambarkan bagaimana Tuhan mengupayakan segala sesuatunya untuk menyelamatkan orang berdosa, misalnya: perumpamaan tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang (Lukas 15,1-10). Tuhanlah yang pertama mengambil inisiatif. Sedangkan perumpamaan tentang bapa yang baik atau anak yang hilang (Lukas 15,11-32) menggambarkan gabungan antara kerahiman Tuhan dan usaha manusia dalam bertobat.
Perumpamaan tentang bapa yang baik (Lukas 15,11-32) menggambarkan bagaimana Tuhan mengampuni manusia. Kita berdosa karena kita menjauh dari Tuhan. Ungkapan “menjauh dari Tuhan” dapat berarti tidak taat terhadap perintah dan melanggar larangan Tuhan. Tetapi ungkapan itu dapat juga berarti bahwa Tuhan tidak mempunyai arti apa-apa dalam hidup seseorang, meskipun ia beragama. Atau dengan kata lain: ia tidak membutuhkan Tuhan. Akibat dari dosa adalah kehinaan dan kebinasaan. Supaya kita bebas dari dosa dan akibat-akibatnya, hanya satu hal yang kita perlu lakukan adalah kembali kepada Tuhan.
Tuhan itu maharahim. Ia mendekati kita dengan berbagai macam cara supaya kita kembali kepadaNya.
Kadangkala kita mengalami peristiwa yang menyedihkan bahkan nyaris mengambil nyawa kita. Atau kita mendengar dan melihat peristiwa yang memilukan hati. Atau kita dalam ketakutan atau kesulitan. Atau kita mempunyai banyak masalah. Bukankah saat-saat seperti ini membuat kita mengingat Tuhan?
Tentunya kita tidak perlu menunggu peristiwa-peristiwa yang menyedihkan seperti itu untuk kembali kepada Tuhan. Bunda Gereja mengerti akan kebutuhan kita. Ia telah menetapkan waktu-waktu tertentu untuk menyadarkan kita untuk kembali kepada Tuhan. Gereja menganjurkan kita untuk memeriksa batin sebelum pergi tidur. Gereja menetapkan setiap hari Jumat sepanjang tahun adalah hari pantang dan tobat. Ada masa adven dan prapaskah sebagai masa tobat dan waktu khusus untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Bagaimana kita mengartikan “kembali kepada Tuhan”? “Kembali kepada Tuhan” pertama-tama tidak berarti mengubah kelakuan kita yang buruk, jahat, immoral, atau memalukan. Mungkin kita berpikir bahwa kita harus mengubah kelakuan kita untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Dari perumpamaan-perumpamaan dalam Lukas 15 mengatakan hal yang lain. Kita tidak harus berubah sebelum menerima kerahiman Tuhan. Tidak mutlak memperbaiki diri sebelum datang kepada Tuhan.
Jadi “kembali kepada Tuhan” berarti mengakui dosa kita dan menerima pengampunan dari Tuhan. Biarkanlah belaskasih Tuhan yang mengubah kita. Biarkanlah rahmatnya yang mengubah kita. Kelihatan mudah sekali bukan? Ya semudah itu, tetapi masalah kita adalah kesulitan percaya akan kemudahan yang Tuhan berikan. Kita menyulitkan diri sendiri.
Orang yang percaya bahwa kerahiman Tuhan dapat mengubah hidup manusia ibarat seseorang yang tidak tahu berenang jatuh ke laut, yang membiarkan dirinya mengapung dan terbawa arus ke pantai. Yang ia harus lakukan hanyalah membalikkan badan menghadap ke atas dan membiarkan badannya relaks atau santai. Tetapi jika ia berusaha menyelamatkan diri, ia akan semakin tenggelam akhirnya mati. Jadi cukuplah kita orang berdosa ini datang kepada Tuhan mengakui segala dosa kita dan membiarkan pengampunan Tuhan mengubah kita.
Lewat Sakrament Tobat Gereja mempermudah kita menerima pengampunan dari Tuhan secara nyata dan membantu kita percaya pada kerahiman Tuhan yang mengubah kita. Lewat Sakramen Tobat kita membiarkan rahmat bekerja lebih banyak dari pada usaha kita. Amin.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.