Saya selalu
mendoakan mereka yang saya cintai – orang tua, saudara-saudari, nenek-kakek,
kemenakan, om-tante, sepupu, ipar dan anggota keluarga lainnya, para konfrater,
teman-teman, donatur, pemimpin, pastor, karyawan ... – dan juga yang saya kenal
baik. Demikian juga kalau mereka meninggal dunia. Saya percaya bahwa cinta itu
melampaui kematian. Kematian itu tidak mempunyai kekuatan atas cinta saya
kepada mereka yang sudah meninggal.
Mencintai orang
yang sudah meninggal itu bagian dari hidup manusia. Kita tidak hanya mencintai
orang yang masih hidup tetapi juga mereka yang sudah meninggal. Cinta kita
tidak berhenti karena kematian. Buktinya adalah kita menguburkan mereka dengan baik, kita hadir pada saat penguburan mereka,
kita menyimpan foto dan barang mereka sebagai kenangan akan mereka, kita
membicarakan mereka dengan baik, kita mengingat ajaran dan petuah mereka, kita
mengenang kebaikan mereka, kita menjalankan wasiat mereka, kita membersihkan
kuburan mereka dan masih banyak lagi. Bukit yang lebih utama adalah mendoakan
mereka supaya Tuhan mengampuni dosa-dosa mereka. Jadi mendoakan mereka yang
sudah meninggal adalah ungkapan cinta kita kepada mereka.
Gereja Katolik
mengerti dan merangkul keinginan manusia untuk tetap mencintai sesamanya
meskipun sudah meninggal. Ini hendak juga mengatakan bahwa cinta itu kekal.
Katekismus Katolik
no 1032 mengajarkan bahwa kita Gereja Katolik mendoakan mereka yang sudah
meninggal. Ini berdasarkan Kitab Suci: “Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan
kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari
dosa-dosanya" (2 Mak 12:45). Lebih lanjut Katekismus no 1032 mengatakan
bahwa “sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang
mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi [bdk DS 856] untuk mereka,
supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja
juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.”
Seorang Bapa Gereja
mengatakan:
“Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan
mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan
oleh bapanya [bdk Ayub 1:5], bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan
kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu
orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka” (Yohanes Krisostomus,
hom. in 1 Cor 41,5).
Mungkin ada yang menyatakan
bahwa mereka dilarang oleh agama atau sekte mereka seperti kaum Protestan untuk
mendoakan orang meninggal, tetapi di hati lubuk atau dalam doa pribadi, mereka
berharap supaya Tuhan menyelamatkan orang-orang yang mereka cintai yang telah
meninggal dunia. Adalah kerinduan manusia untuk tetap mencinta dan kematian
tidak mempunyai kuasa atas cinta itu. Berharap saja sudah merupakan doa.
Orang-orang Katolik tidak perlu menyembunyikan harapannya di hadapan Tuhan dan
sesama. Tuhan tahu apa yang ada di lubuk hati kita.
Lebih lanjut lagi, kita
percaya bahwa Gereja itu tidak hanya menyangkut orang-orang yang hidup di dunia
ini. Gereja itu terdiri atas orang hidup dan mati. Gereja sebagai Tubuh Kristus
merangkul para kudus (gereja jaya), mereka yang masih menderita dalam api
pencucian (gereja menderita) dan kita yang hidup di dunia ini (gereja
pesiarah). Orang mati yang kita cintai tentunya tidak luput dari dosa sehingga
mereka perlu dibersihkan. Mereka membutuhkan doa-doa kita supaya Tuhan
berbelaskasih kepada mereka.
Memikirkan bapak, kakak
atau teman yang sudah meninggal, bagaimana mungkin saya tidak akan berdoa bagi
bapak saya yang telah meninggal yang telah memungkinkan saya lahir ke dalam
dunia ini, yang telah membesarkan dan mendidik saya, yang telah memberi saya
makan dan pakaian, yang telah mencintai saya? Bagaimana mungkin saya akan
melupakan dalam doa saudara saya yang telah berbagi kegembiraan bersama saya?
Bagaimana mungkin saya tidak akan berdoa bagi teman saya yang telah begitu baik
kepada saya? Saya sungguh beruntung beragama Katolik, karena dalam Gereja
Katolik-lah kerinduanku ini terungkap. Lebih lagi, saya tidak sendirian, saya
bersama umat lainnya berdoa untuk mereka yang saya cintai.
Sesuatu yang sungguh indah
dalam hidup setiap orang Katolik karena kita tidak sendirian mendoakan mereka
yang kita cintai – baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal – tetapi
bersama umat lainnya, dan lebih penting lagi bersama para kudus. Saya semakin
mencintai Bunda Maria, karena saya percaya ia selalu mendoakan kita. Bukankah
setiap kali kita mendoakan Salam Maria kita mengatakan: “Doakanlah kami yang
berdosa ini sekarang dan waktu kami mati.”
Dalam perayaan Ekaristi,
sesudah doa konsekrasi, imam atas nama Gereja melanjutkan doanya demikian:
“Ingatlah akan saudara-saudari kami yang telah meninggal dunia dengan harapan
akan bangkit kembali; terimalah mereka dan semua yang telah meninggal ke dalam
kehadiran-Mu.” Setiap kali saya pimpin misa, pada saat mendoakan bagian ini,
saya hening sejenak memikirkan bapak dan kakak saya. Kadang kala saya juga
menambahkan orang lain.
Tidak hanya itu, setiap
sore Gereja lewat para imam dan umatnya mendoakan mereka yang sudah meninggal.
Dalam Ibadat Sore, saya selalu mendoakan anggota keluarga saya yang sudah
meninggal. Dalam Ibadat Sore, komunitas mendoakan para anggota kongregasi kami
yang sudah meninggal terutama yang hari meninggalnya jatuh pada saat itu.
Sebagai orang Katolik, kita
percaya dan yakin akan keselamatan kita. Kita berada dalam Gereja yang
membimbing kita ke jalan yang benar, kita mengakui Yesus Kristus yang adalah
penyelamat satu-satunya dari Bapa kita di surga, dan kita menaati perintah
Tuhan untuk mencintai sesama. Selain Gereja Katolik, tidak ada agama, gereja
atau sekte yang bisa memberikan jaminan yang pasti. Yang lain itu hanya
memberikan ‘kemungkinan’ bisa selamat.
Tuhanlah yang
menyelamatkan. Tetapi keselamatan juga tergantung atas manusia. Kalau manusia
menolak, Tuhan tidak memaksa. Kalau seseorang tidak mau masuk surga, lantas
Tuhan memaksa dia masuk surga, ia tidak akan bahagia di sana. Tidak ada orang
yang mau masuk neraka kecuali setan. Maka dari itu setan selalu berusaha supaya
banyak orang masuk neraka. Bagaimana setan memperdaya manusia?
1)
Setan berusaha meyakinkan
manusia bahwa Tuhan itu tidak ada atau meyakinkan manusia bahwa setan itu tidak
ada.
2)
Setan berusaha meyakinkan
manusia untuk meninggalkan Yesus Kristus sebagai satu-satunya penyelamat.
3)
Karena setan tahu bahwa
Gereja Katolik itu mengajarkan kebenaran, setan berusaha meyakinkan manusia
bahwa tidak perlu menjadi umat Gereja Katolik untuk selamat.
4)
Setan berusaha meyakinkan
manusia bahwa tidak ada gunanya mendoakan orang yang sudah meninggal, dengan
demikian mereka yang meninggal tidak memperoleh belaskasih atau kerahiman dari
Tuhan.
5)
Setan meyakinkan manusia
bahwa kita bisa langsung memohon pengampunan kepada Tuhan tanpa lewat sakramen
pengakuan dosa. Setan tahu manusia akan menyombongkan diri bahwa ia sudah
diampuni tetapi siapa yang mengatakan bahwa ia sudah diampuni? Orang yang
mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia sudah diampuni menipu dirinya
sendiri. Ibarat orang yang melakukan kesalahan, lantas membayangkan dalam pikirannya
bahwa ia sudah minta maaf dan dimaafkan.
6)
Setan meyakinkan manusia
untuk mengutip ayat-ayat Kitab Suci untuk menjatuhkan orang lain bahkan
melakukan kekerasan terhadap orang lain. Setan sendiri telah melakukannya
terhadap Yesus. Itulah beberapa pekerjaan setan dan pengikut-pengikutnya.
Sebagai pastor, saya banyak
kali dipanggil untuk merayakan misa bagi orang mati. Lewat pelayanan ini saya
merenungkan banyak dan mendalam akan kematian dan janji-janji Tuhan kepada
manusia. Keindahan dan kebenaran iman Gereja Katolik semakin nampak. Kerahiman
Tuhan semakin terasa. Iman saya akan kebangkitan dikuatkan. Campur tangan Tuhan
dalam hidup saya semakin nyata.
Setiap kali menyalakan
lilin paskah, saya mengatakan: Saudara, terimalah lilin paskah ini yang
melambangkan Kristus sebagai cahaya yang akan menuntun saudara kepada Bapa.
Setiap kali mendupai yang
meninggal, saya berdoa: Tuhan semoga amal bakti saudara kami harum membumbung
tinggi di hadapanmu seperti dupa ini.
Setiap kali memerciki yang
meninggal dengan air suci, saya berdoa: Tuhan ingatlah saudara kami yang telah
dibaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dengan baptisan, saudara kami
telah mati bersama Kristus dan semoga kita ia bangkit bersama Kristus pula.
Sebelum
perayaan Ekaristi, saya mengingatkan umat: Semoga saudara kita dibangkitan sama
seperti Tubuh Kristus yang ia telah terima selama hidupnya. Kita pun berharap
dibangkitkan bersama Kristus.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.