(Lukas 17,11-19)
Kita tentunya senang dan suka diberikan diskon 10% saat kita membeli sesuatu. Orang yang bergerak dalam soal jual menjual tahu bahwa orang suka membeli barang-barang yang diberi diskon termasuk 10% itu. Bahkan kita bersyukur karena bisa mendapatkan barang yang didiskon 10%. Bagaimana dengan barang atau hal-hal yang diberikan secara gratis?
Menarik kita merenungkan angka 10% itu, karena dalam Injil tadi dikatakan hanya satu dari sepuluh orang kusta yang disembuhkan tadi pulang mengucapkan syukur kepada Yesus. Satu dari sepuluh berarti sepersepuluh atau sepuluh persen. Dalam hidup sehari-hari mungkin hanya 10% saja orang yang mudah dan mampu bersyukur. Jika kita melihat diri kita sendiri, mungkin hanya 10% saja, bahkan kurang, dari hidup kita yang kita syukuri.
Apa saja yang kita syukuri dalam hidup kita? Atau kapan kita mudah bersyukur? Jangan sampai hanya pada saat diskon 10% yang berarti kita hanya bersyukur pada saat-saat yang luar biasa atau pada hal-hal yang luar biasa. Kita tentunya bersyukur karena kita berhasil dalam usaha, berhasil dalam studi. Kita bersyukur karena kita sembuh, karena ulang tahun. Kita patut bersyukur atas semuanya itu. Hanya saja mungkin hal-hal tersebut hanya 10% dari hidup kita.
Seperti saya pertanyakan tadi, orang senang dengan diskon 10%, bagaimana dengan barang atau hal-hal yang gratis? Hal-hal yang gratis dalam hidup kita sepertinya hal yang biasa. Jadi kita cendrung melupakannya. Cobalah kita bersyukur karena pagi ini masih ada matahari, kita masih bisa bernafas, kita masih ada waktu untuk ke gereja, kita masih bisa jalan, kita masih bisa melihat dan mendengar, kita masih bisa tersenyum dan masih banyak lagi. Semuanya itu karena kita sudah terbiasa akhirnya kita tidak menyadarinya lagi.
Mungkin sembilan orang kusta yang telah disembuhkan oleh Yesus tadi merasa biasa dengan Yesus yang adalah sama-sama orang Yahudi, jadi mereka jatuh dalam hubungan yang biasa dan tidak menyadarinya lagi sebagai sesuatu yang luar biasa.
Jangan sampai terjadi dengan kita. Mungkin karena kita terlalu biasa dengan keluarga kita, dengan orang tua, dengan anak-anak kita, mungkin kita terlalu biasa dengan tetangga kita, dengan teman-teman kita, mungkin karena kita biasa dengan karyawan kita, sehingga kita lupa bersyukur atas kehadiran dan bantuan mereka. Begitu pula hubungan kita dengan Tuhan, jangan sampai karena sudah terbiasa atas pemberian Tuhan yang gratis, kita lupa mengucapkan syukur.
Seperti rasul Paulus mengatakan bersyukurlah senantiasa atas segala sesuatunya. Mari kita membangun sikap mudah bersyukur atas apa saja, terutama yang biasa-biasa saja, sehingga seluruh hidup kita menjadi ungkapan syukur kepada Tuhan. Semoga. Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.