Perkawinan: ikut ambil bagian dalam karya Tuhan
Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, terutama kepada kedua mempelai beserta keluarga yang berbahagia.
Sebuah perkawinan bukan hanya urusan antara dua orang saja, bukan saja urusan dua keluarga besar, bahkan bukan saja urusan manusia, tetapi juga urusan Tuhan. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita dalam perjalanan hidup kita. Tuhan sudah memberikan tanda-tanda yang nyata yaitu sakramen-sakramen yang menyatakan bahwa Tuhan tetap hadir dan berperan dalam hidup kita, terutama di saat-saat yang penting. Mulai dari kelahiran sampai kepada kematian termasuk perkawinan, Tuhan hadir lewat pelayanan Gereja.
Hari ini hari yang istimewa meskipun mungkin sedikit menengangkan bagi kedua mempelai, hari ini tetaplah istimewa bagi mereka. Hari ini akan selalu dikenangkan di hari-hari yang akan datang entah itu sebagai berkat maupun awal dari kemalangan karena tiba-tiba menyadari salah seorang merasa salah pilih. Kita berdoa semoga hari ini menjadi sungguh berkat bagi mereka.
Istimewa karena kita mengamini apa yang kita percaya bahwa Allah yang adalah cinta dan telah menciptakan manusia untuk cinta, telah memanggilnya untuk mencinta. Dengan menciptakan laki-laki dan perempuan, Allah memanggil mereka kepada persatuan hidup yang intim dan cinta di antara mereka dalam perkawinan. ‘Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu’ (Mat 19,6). Allah bersabda dan memberkati mereka, ‘Beranak-cuculah dan bertambah banyak’ (Kej 1,28).
Setiap kali Tuhan melakukan sesuatu bagi kita, Ia meninggalkan kepribadian-Nya di dalam hidup kita dan Ia memampukan kita untuk bertindak sesuai dengan kepribadian-Nya itu. Seorang pelukis, ketika ia melukis tentunya ia meninggalkan kepribadiannya sekurang-kurangnya tanda tangannya dalam lukisan itu. Jika kita memberikan lukisan kepada seorang pengamat lukisan, ia akan mengenal kepribadian dari pelukisnya bahkan bisa memberitahu siapa pelukis tersebut. Itu dikarenakan seorang pelukis tidak hanya melukis tetapi saat ia melukis ia meninggalkan kepribadiannya pada lukisannya itu. Ia tidak hanya meninggalkan satu lukisan tetapi juga kepribadiannya yang ada dalam lukisan itu.
Tuhan adalah cinta. Cinta adalah kepribadian Tuhan. Ia mencintai kita. Dan ketika Ia mencintai kita, Tuhan meninggalkan kepribadian-Nya sebagai cinta dalam diri kita. Ia juga menanamkan benih-benih cinta di dalam diri kita. Ketika kita mencintai satu sama lain, itu bukanlah semata-mata karena perintah Tuhan, tetapi karena Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk mengambil bagian dalam kepribadian-Nya yang mana Dia itu adalah cinta. Ini seharusnya menjadi suka cita bagi kita semua, terutama bagi kedua mempelai. Kalian saling mencintai, kalian akan mencintai anak-anak kalian, dan juga mereka yang ada di sekitar kalian; itu karena Tuhan meninggalkan benih cinta dalam kehidupan kalian ketika Tuhan mencintai kalian. Bukankah suatu kebahagiaan tersendiri ketika kita tahu bahwa Tuhan membuat kita layak mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri?
Demikian juga dengan kesetian suami istri satu sama lain. Allah yang adalah setia tentunya meninggalkan benih-benih kesetian di dalam diri kita. Suami-istri yang setia satu sama lain karena Allah telah menanamkan kepribadian-Nya dalam diri mereka.
Mudah-mudahan Sabda Tuhan yang kita dengarkan hari ini membuat kita semakin mantap menghadapi hari-hari yang penuh tantangan, tidak sebagai beban tetapi sebagai kesempatan ikut ambil bagian dalam kehidupan ilahi. Jika kita sudah mulai belajar ambil bagian dalam kehidupan itu, tentunya kehidupan ilahi itulah yang akan menjadi tujuan hidup kita.
Amin. Semoga.