Extra Ecclesiam Nulla Salus


Extra Ecclesiam Nulla Salus
Apakah pernyataan ini: “Di luar Gereja tidak ada keselamatan” masih bisa dipertanggungjawabkan? Secara positif pernyataan ini dapat dibahasakan demikian: “Gereja perlu untuk keselamatan.”
Atas nama toleransi, keterbukaan (open-minded), menghargai agama-agama lain, kemajemukan, ada yang menolak pernyataan Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS) ini. Di lain pihak ada yang berusaha mengartikan sedemikian rupa sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan: “penganut agama lain juga selamat.” Tetapi ada yang percaya dan berusaha membelanya sebagaimana tertulis, jadi hanya orang-orang Katolik saja yang selamat. Kelompok terakhir inilah yang saya akan renungkan dan memberi kesimpulan bahwa argumen di balik kepercayaan mereka adalah benar dan logik.
Orang-orang yang melihat semua agama sama atau kurang paham tentang agama baik agamanya sendiri maupun agama orang lain akan menyatakan bahwa setiap orang bisa selamat entah apapun agamanya. Atau supaya masih kedengaran Kristen, ada yang mengatakan apapun agamanya orang akan diselamatkan oleh Yesus Kristus.
Setiap agama dan termasuk orang yang tidak percaya pada Tuhan (atheism) atau tidak beragama tapi percaya adanya kekuatan yang lebih besar dari ciptaan (deism) masing-masing menawarkan tujuan atau akhir dari hidup manusia. Gereja pun menawarkannya. Tidak bisa kita mengambil kesimpulan bahwa namanya saja yang berbeda, karena apa yang ditawarkan sungguh berbeda bahkan bertolak belakang. Tidak bisa juga kita mengambil kesimpulan bahwa Tuhan menawarkan banyak pilihan, karena ada di antara pilihan itu tidak ada hubungannya dengan keberadaan Tuhan. Yang Tuhan berikan bukannya banyaknya pilihan, tetapi Tuhan memberi kita kebebasan untuk memilih atau menolak tawaran Tuhan.
Mari kita melihat beberapa contoh. Agama Buddha tidak berbicara tentang Tuhan. Penganutnya berusaha untuk mencapai nivana di mana bebas dari penderitaan atau kelua dari lingkaran karma. Tidak dijelaskan apa sebenarnya yang ada atau dicapai ketika sudah lepas dari penderitaan. Ada yang mengatakan kekosongan atau kegelapan. Mereka yang atheis atau deism juga menawarkan akhir manusia yaitu hilang, habis total, tidak ada apa-apa lagi. Kaum Muslim percaya adanya surga di mana ketaatan mereka di dunia ini akan dibalas dengan berlimpahnya kenikmatan dan kebahagiaan yang melampaui apa yang bisa dibayangkan di dunia ini, termasuk mereka yang akan diberikan gadis-gadis perawan. Lantas mereka yang kafir, murtad dan tidak taat, siksaan tidak terkirakan sudah menunggu mereka di neraka.
Lantas bagaimana dengan keselamatan yang ditawarkan oleh agama Kristen? Masuk dalam kemuliaan Tuhan, bersatu dengan Tuhan. Di sana ada pengampunan, syukur dan pujian. Ada suka cita karena melihat wajah Tuhan. Sementara yang tidak masuk dalam kemuliaan Tuhan akan dalam kemarahan, penyesalan, iri hati yang tidak berkesudahan. Agama Kristen tidak menawarkan keselamatan dalam kesenangan jasmani tetapi sukacita rohani.
Setiap agama mempunyai cara sendiri mempertanggungjawabkan apa yang mereka tawarkan. Para penganutnya memercayakan diri atas penjelasan itu dan mereka berharap ketika meninggal sungguh mendapatkan apa yang telah dijanjikan kepada mereka. Dan tujuan hidup itu sudah mempengaruhi hidup mereka di dunia ini. Seorang Muslim yang ingin masuk surga akan memperhatikan apa yang dia makan. Dia menghindari apa yang haram. Seorang pengikut Buddha akan berusaha menabur kebaikan untuk memperpendek karmanya. Seorang atheis akan menikmati hidup di dunia ini sebaik mungkin karena kematian adalah akhir dari segala-galanya.
Setiap agama atau sistem pemikiran (atheism dan deism) menawarkan tujuan hidup manusia dan juga cara mencapainya. Jika seseorang mau tujuan hidupnya adalah A tetapi mengikuti cara hidup B, tentunya dia tidak akan mencapai tujuan hidup A.
Kembali ke EENS. Sebenarnya setiap agama atau sistem pemikiran menawarkan satu-satunya jalan untuk mencapai satu-satunya tujuan pula. Coba kita bertanya kepada seorang Muslim, apakah seorang Katolik bisa masuk surga mereka? Tentunya tidak, karena orang Katolik itu pemakan makanan haram (babi, alkohol), penyembah berhala, men-Tuhan-kan Yesus Kristus. Jadi jelas tidak bisa masuk. Bagaimana kalau kita bertanya kepada atheis. Atheis akan menjawab bahwa orang Katolik itu menyia-nyiakan hidup mereka di dunia ini dan hidup dalam ilusi. Jadi setiap agama menganut apa yang ada di balik EENS itu yaitu: Di luar agama ini atau sistem pemikiran ini, tidak ada keselamatan.
Sekarang yang menjadi tugas kita sebagai orang Katolik adalah mempertanggungjawabkan apa yang Tuhan tawarkan kepada kita lewat Gereja-Nya. Apakah kita sungguh percaya keselamatan yang Tuhan tawarkan itu? Apakah hidup kita sungguh selaras dengan tujuan hidup kita itu? Saya bersyukur lahir dalam Gereja Katolik. Keselamatan yang ditawarkan adalah benar dan indah. Dan jalan menuju tujuan itu tidak lain tidak bukan adalah Gereja Katolik.
Keselamatan yang Tuhan tawarkan kepada manusia yaitu pengampunan, Yesus Kristus sebagai kurban pemulih atas dosa-dosa kita, Roh Kudus, dan masih banyak lagi, kita sudah mengalaminya secara nyata dalam Gereja Katolik lewat pelayanan sakramen-sakramennya. Keselamatan orang Katolik bukan hanya sesuatu yang akan datang, tetapi juga sudah mulai sudah mengalaminya. Sakramen-sakramen dalam Gereja membawa surga ke dalam dunia, dan membawa manusia menuju surga. Berbahagialah mereka yang percaya.
Dua pertanyaan terakhir: 1) bagaimana mereka yang lahir sebelum Yesus datang ke dunia ini dan mereka yang tidak pernah mendengarkan Injil atau iman akan Yesus Kristus? Gereja mengajarkan bahwa ada kemungkinan bagi mereka karena bukan kesalahannya sendiri, bisa selamat dengan cara yang Tuhan sendiri tahu. 2) berarti banyak yang tidak akan selamat? Tuhan tidak memaksa orang masuk surga, karena kalau dipaksa, surga akan menjadi neraka baginya. Keselamatan adalah tawaran, bukan paksaan. Manusia punya pilihan. Supaya banyak yang selamat, kita wajib menyebarkan tawaran Tuhan itu. Tetapi satu ketentuan, kita tidak boleh memaksa baik secara halus maupun keras untuk menjadi Katolik. Baptisan secara paksa tidak sah. Bukankah Yesus sudah mengingatkan kita tentang pintu yang kecil itu? Lagi pula dibaptis Katolik belum jaminan, kita harus menghidupi pembaptisan kita, artinya kita harus hidup secara Katolik. Kalau kita yakin bahwa ada orang Katolik yang akan binasa, mengapa kita kurang yakin dengan kebinasaan penganut agama lain? Kita tidak menghakimi siapa yang masuk surga dan neraka, Tuhan pun tidak, tetapi setiap orang di dunia ini telah menentukan pilihannya. Seperti rasul Paulus mengatakan: marilah kita berlari sedemikan rupa untuk mendapatkan mahkota yang kekal. Dan dalam berlari itu, mari kita saling mengingatkan satu sama lain akan tujuan hidup kita dan jalan menuju tujuan itu.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.